Jane Natalia! Berdayakan Petani dan Pesona Budaya, Bangun Masa Depan NTT





Oleh: Jane Natalia Suryanto

Calon Wakil Gubernur NTT

 

Saya memutuskan mengabdikan hidup dan perjuangan politik untuk masyarakat NTT. Saya sayang daerah ini. Saya meninggalkan segala usaha saya di Jakarta untuk datang ke daerah ini. Saya berani maju menjadi wakil gubernur untuk berpasangan dengan kaka Ansy (ANSY-JANE) berlangkah menuju gelanggang politik Pilgub 27 November, 2024. 


Di daerah ini saya bertemu dengan jutaan pasang mata. sangat ramah. Di sini mama bantu mama. Bapa-bapa juga sangat sayang saya. Sahabat-sahabat saya juga banyak. Keluarga baru saya juga banyak. Saya sangat diterima dan mencintai daerah ini.


Di balik pasang mata bapa, mama bersaudara semua, saya melihat daerah ini memiliki pesona luar biasa. Namun, ekonomi NTT tak semengkilap seperti daerah-daerah lain di Indonesia, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan wilayah-wilayah di Sulawesi. Kita harus realistis melihat perputaran ekonomi daerah ini. Fakta-faktanya harus kita munculkan agar kita paham bagaimana cara mendiagnosa dan mengobati daerah ini. 


Fakta-fakta itu juga perlu disampaikan kepada para investor ataupun pengembang properti agar mereka bisa mendasain bisnis yang agak murah dan mudah dijangka masyarakat dengan daya beli rendah seperti NTT.


Setidaknya kita bisa membaca dengan baik kemunduran ekonomi daerah ini dari indikator-indikator ekonomi yang disodorkan Badan Pusat Statistik NTT dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk NTT tahun 2024 sudah mencapai 5.656.039 manusia. Dari jumlah ini, 19,48 % (1,079.068 jiwa ) orang NTT hidup di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan per kapita Rp 416.00 per bulan.


Pertumbuhan ekonomi kita masih rendah (4,35%/2024), pengangguran masih sangat tinggi, tingkat konsumsi rendah, inflasi juga masih tinggi, perputaran arus barang, jasa dan manusia antar kabupaten masih rendah. Begitupun pertumbuhan sektor-sektor penyangga kehidupan warga NTT, seperti pertanian, peternakan dan kalautan masih sangat rendah.


Gairah investasi masuk ke NTT juga rendah, karena wilayah ini dikenal sebagai daerah berbiaya ekonomi tinggi. Daerah berbiaya ekonomi tinggi biasanya memiliki kualitas infrastruktur darat, laut dan udara yang tak memadai. Kebutuhan-kebutuhan pemenuhan hak hidup warga, seperti air dan listrik juga masih sulit. Angka buta huruf tinggi dan tingkat pendidikan masih rendah. Semua indikator-indikator ini berkontribusi pada daya ungkit sektor properti, sektor perumahan di wilayah ini.


Rendahnya pertumbuhan ekonomi berkontribusi langsung pada rendahnya pendapatan per kapita masyarakat NTT. Jika pendapatan rendah, masyarakat sulit memiliki tabungan (saving) yang berefek langsung pada rendahnya daya beli, rendahnya tingkat pendidikan dan indeks ratio gini yang memprihatinkan. 


Masyarakat NTT, masih berjibaku pada kebutuhan makan-minum sehari-hari atau ekonomi subsistem. Dalam ekonomi subsistem, masyarakatnya hanya bisa bertahan hidup saja. Tentu kita tak boleh berdiam diri berhaapan dengan situasi ini. Perlu menata dan mencermati kembali, kemana NTT berlari dan menuju 5 atau 10 tahun ke depan?  


Masa Depan NTT


​Ansy dan Jane Selalu bertumpu pada konsep Nelayan, Tani, Ternak. Suatu konsep kebenaran yang mewakili 80% perekonomian NTT. Tapi kali ini, saya akan membahas masa depan NTT di sektor satu lagi: Pariwisata.


NTT adalah provinsi dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat unik, indah, eksotis dan beragam. Keberagaman, keindahan, kekhasan, atau eksotisme alam dan budaya itu membentang dan tersebar di semua pulau, khususnya pulau-pulau utama seperti Flores, Sumba dan Timor. Alam dan budaya di NTT beragam dan unik karena dibentuk oleh lingkungan ekologis, kondisi bio-geografis, sejarah dan tradisi berbeda, yang disparitas keunikannya antarpulau, kabupaten, bahkan desa. Jumlah desa di NTT adalah 3.268 dan seberagam itulah keindahan dan kekhasannya.


Pecinta keindahan alam dan budaya dari daerah lain mungkin hanya mengagumi keindahan dan keunikan Pulau Komodo dan pulau-pulau sekitar Labuan Bajo di Manggarai Barat, Danau Kelimutu di Ende, tradisi penangkapan paus di Lembata, festival pasola di Sumba, kekayaan bawah laut Alor, dan berbagai ikon pariwisata populer di NTT. Tetapi, keindahan alam dan budaya NTT bukan hanya itu. Jika disibak, kita akan menyaksikan alam dan budaya yang sangat asli, eksotis, indah, menakjubkan dan beragam.


Sejuta pesona alam dan budaya NTT seharusnya sudah mengantar provinsi ini sebagai garda depan pariwisata nasional atau bersaing dengan Bali. Akan tetapi, pariwisata NTT seperti singa tidur yang tidak memberikan dampak signifikan bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.


Banyak faktor penyebab tidak maksimalnya sumbangan sektor pariwisata di NTT. Faktor penyebab utama adalah minimnya infrastruktur (dan amenitas), selain masalah promosi kurang, SDM rendah, dan sebagainya. Melihat pesona wisata inilah, makanya pariwisata NTT mulai dibangun. Pariwisata NTT sekarang sudah mulai tumbuh. Itu setidaknya bisa dilihat dari indicator- indikator positif di sektor pariwisata.


Saya lebih menganjurkan teman-teman investor untuk siap-siap melirik pembangunan sektor pariwisata. Jika hotel yang akan dibangun. Anda juga harus mengintip data jumlah wisatawan asing dan domestic yang masuk ke NTT. Pada tahun 2023, jumlah tamu asing dan local yang menginap di hotel-hotel di NTT mencapai 778 568 tamu (BPS NTT:2023) dengan rincian terbanyak Kota Kupang sebesar 315.301 tamu dan Manggarai Barat/Labuan Bajo sebanyak 216.800 tamu. Kabupaten lainnya di NTT, masih sangat rendah. Jika anda ingin membangun hotel, masih ada ruang untuk tumbuh, karena pemerintah memproyeksikan jumlah wisatawan masuk ke NTT sampai tahun 2030 mencapai 2 juta tamu. Itu artinya, masih ada ruang terbuka untuk melakukan investasi di sektor perhotelan.


Untuk itu, saya menganjurkan teman-teman pengusaha ekowisata. Di beberapa tempat wisata di Indonesia, banyak sekali best practices yang bisa dikembangkan dalam rangka menciptakan objek wisata yang ekologis sekaligus berdampak ekonomis. Beberapa best practices berikut dapat ditiru atau dimodifikasi sesuai konteks NTT.


Pertama, akomodasi (vila, penginapan, resort) berkonsep ramah lingkungan. Akomodasi yang ekologis dan ekonomis menyediakan air panas dengan pemanfaatan pemanas tenaga surya, menggunakan air limbah dapur dan kamar mandi untuk mengairi kebun mereka dengan pengolahan limbah sederhana. 


Restoran dilengkapi dengan perpustakaan mini, tempat bersantai dan makan. Resort dibangun dengan bukaan yang memanfaatkan pemandangan laut dan kebun yang indah sehingga tidak perlu menggunakan AC. Tidak hanya ramah lingkungan, resort ekowisata juga menyediakan pelayanan wisata berupa penjelajahan lingkungan sekitar seperti pengamatan burung atau trekking di hutan.


Kedua, sistem pengolahan sampah. Saat ini banyak penyedia jasa industri pariwisata (restoran atau hotel) melakukan pemilahan sampah menjadi sampah organik dan non-organik. Sampah sisa makanan dipisahkan dengan sampah-sampah seperti kaleng, kaca, maupun plastik. Selain itu, kertas daur ulang bisa dijadikan bahan dasar industri kerajinan seperti kotak pensil, tas, dompet, agenda, kartu ucapan dari kertas bekas koran, majalah maupun dokumen kantor yang tidak terpakai lagi. Dedaunan dan bunga rontok juga bisa dijadikan sebagai ornamen/hiasan. Hemat kami, ini sangat penting bagi NTT.


Ketiga, menghemat penggunaan air. Untuk menghindari penggunaan botol plastik air minum mineral, usaha penyedia jasa pariwisata dapat menjual air minum isi ulang sebagai pengganti air minum mineral dengan botol plastik. Selain untungnya lebih banyak, praktik ini juga membantu mengurangi penggunaan botol plastik air minum mineral. 


Hotel-hotel juga memberlakukan langkah hemat air. Usaha ini bukan sesuatu yang baru. Hotel-hotel di Yogyakarta, Bali dan Lombok memberlakukan langkah penghematan air dengan meminta kepada tamunya untuk tidak mencuci handuk dan seprei setiap hari, karena cukup banyak air yang digunakan untuk mencuci handuk dan seprei. Bahkan salah satu hotel bintang empat di Sanur, Bali, mengadakan undian berhadiah bagi tamu yang mendukung langkah penghematan air tersebut. Hal-hal seperti ini bisa dicoba di NTT.


Keempat, ekowisata di Hutan Bakau. Penyedia jasa paket wisata manggrove atau bakau dapat menawarkan paket ekowisata kepada pengunjung. Aktivitas seperti trekking, pengamatan burung, naik sampan dan penanaman bakau merupakan tawaran yang diberikan kepada pengunjung. 


Pengunjung dapat juga mengadopsi bakau. Penyedia paket harus sering melakukan aktivitas penyadaran dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya bakau bagi kawasan pesisir serta mengadakan kegiatan pelatihan kepada pelajar, guru sekolah, dan LSM.


Kelima, kursus memasak dan sajian makanan khas lokal. Restoran dan warung makan harus berani menyajikan masakan khas daerah. Masakan yang disajikan diolah secara higienis. Selain itu, untuk lebih memperkenalkan makanan tradisional, restoran dan warung makan berani mengadakan kursus memasak makanan khas bagi wisatawan. Pada saat itu, tarian-tarian daerah dipertontonkan oleh para penari lokal.


Keenan, sajian makanan khas lokal dengan memanfaatkan rumah tinggal. Salah seorang pencinta seni yang pintar memasak di Yogyakarta, membuka warung dengan menyulap ruang tamu di rumahnya yang berbentuk joglo khas Jawa menjadi sebuah restoran kecil yang nyaman dan bersih. Warung dengan nama ”Warung Opera” ini menyajikan masakan khas Yogya serta memodifikasi penganan tradisional seperti pisang goreng berbalut gula merah.

Ketujuh, kelompok tenun yang menggunakan bahan pewarna alami. Ibu-ibu penenun di Ndona, Kabupaten Ende di Flores mendirikan kelompok tenun bernama ”Bou Sama Sama”. Para wanita ini masih menggunakan pewarna alami yang diambil dari alam sekitar seperti mengkudu, nila serta berbagai jenis akar-akar pohon lainnya. Kain-kain tenun ikat yang dibuat dalam waktu 3 – 12 bulan tersebut dijual langsung kepada wisatawan. Kelompok ini juga bekerja keras agar dapat menjalin kerjasama dengan pemilik galeri di Bali untuk memasarkan hasil kain tenun ikat buatan mereka.


Kedelapan, makanan sehat tanpa penyedap rasa dan sayuran organik. Saat ini di berbagai kota besar di Indonesia dan kawasan wisata seperti Bali, Lombok, Yogyakarta banyak restoran menyajikan makanan sehat tanpa penyedap rasa serta menyajikan masakan dari sayuran organik yang dijual lebih mahal. Menu vegetarian (makanan non-daging) menjadi salah satu menu andalan di berbagai restoran di kawasan wisata tersebut.


Kesembilan, mempertahankan alat musik tradisional. Saung Angklung Mang Udjo yang berada di Jawa Barat menampilkan permainan alat musik tradisional Sunda, yaitu angklung. Pertunjukan dilakukan oleh anak-anak berumur di bawah 12 tahun. Mereka berlatih memainkan angklung, menyanyi dan menari serta tampil di hadapan wisatawan mancanegara dan nusantara. Inisiatif ini menandakan pentingnya kreativitas “seni pertunjukkan”. Di NTT, alat musik suling, sasando, dan lain-lain dapat dipertahankan dengan cara seperti ini.


Mekarnya pariwisata di NTT tak ada gunanya jika tak ditopang kekuatan sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Tani, ternak dan nelayan adalah harga mati bagi Ansy-Jane untuk diperjuangkan. Memperjuangkan tani,ternak dan nelayan adalah memperjuangkan martabat rakyat NTT, karena hampir 90 persen rakyat bertumpu di situ. Pariwisata juga wajib ditopang produk pertanian, peternakan dan perikanan yang baik. Tekat Ansy-Jane adalah membangun tani, ternak dan nelayan dalam rangka menyongsong tamu-tamu yang datang dari berbagai belahan dunia. Pariwisata tak ada gunanya jika hasil pertanian, peternakan dan perikanan dibawah dari luar. Pariwisata akan berdaya guna, jika produk pertanian, peternakan dan perikanan adalah hasil alam warga NTT.

Akhirnya, mari kita sama-sama membangun NTT menuju rakyat adil, Makmur dan sejahtera. Pesona alam NTT adalah magnet besar bagi pengembangan pariwisata ke depan.

Artikel Pilihan

Iklan