Bantuan Langsung Sasar Korban Bencana: Tuduhan Tebang Pilih dan Kritik Pedas Terhadap Birokrasi yang Lamban
Soe, – Dugaan praktik tebang pilih dalam penyaluran bantuan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengemuka di lokasi pengungsian GOR Nekmese, Soe, NTT.
YN (47), salah satu pengungsi longor Desa Kuatae,Kecamatan Kota Soe,Kabupaten TTS, mengungkapkan bahwa bantuan yang disalurkan melalui BPBD hanya diberikan kepada mereka yang dekat dan dikenal oleh petugas.
"Bantuan dari BPBD itu tebang pilih, hanya yang dekat dan kenal bisa cepat dapat bantuan," ungkap Yeni dengan nada kecewa kepada wartawan, Minggu 30 Maret 2025 di GOR Nekamese.
Pengakuan Yeni ini diperkuat oleh kesaksian pengungsi lainnya. Mereka merasakan ketidakadilan dalam pendistribusian bantuan pemerintah. Kondisi ini semakin mempertegas kritik terhadap lambannya penyaluran bantuan dan birokrasi yang berbelit.
Sementara itu, apresiasi tinggi kembali diberikan kepada Yayasan YNS yang dinilai berbeda dari lembaga donatur lain.
YNS, menurut Yeni, menyalurkan bantuan langsung kepada para korban, tanpa melalui birokrasi pemerintah yang berbelit. "YNS itu beda, langsung bantu anak-anak tanpa perantara," tegas Yeni. Tim YNS hadir sejak pagi hingga sore, memastikan bantuan tepat sasaran.
Yusinta Nenobahan pendiri YNS yang juga berada di lokasi pengungsian, mengungkapkan keprihatinannya.
"Kenapa harus melalui mekanisme yang menyulitkan korban, khususnya anak-anak? Mereka butuh bantuan langsung, bukan birokrasi yang berlarut-larut," kecam Yusinta.
Ia mempertanyakan alasan penundaan penyaluran bantuan dan menegaskan bahwa bantuan harus tepat sasaran, tanpa terhalang birokrasi yang justru memperparah penderitaan korban.
Pernyataan Yeni dan Yusinta ini menjadi sorotan tajam terhadap kinerja pemerintah dalam penanggulangan bencana. Dugaan praktik tebang pilih dan lambannya penyaluran bantuan melalui BPBD justru memperparah penderitaan para korban.
Kehadiran YNS menjadi bukti nyata bahwa kepedulian dan bantuan bisa sampai kepada yang membutuhkan tanpa harus terhalang oleh prosedur yang berbelit dan dugaan praktik koruptif. Keberadaan YNS menjadi inspirasi sekaligus tamparan bagi pihak-pihak yang dinilai lamban dan tidak transparan dalam menyalurkan bantuan kepada korban bencana.
Para korban siap untuk di relokasi asalkan lokasi dan juga rumah yang disiapkan layak huni. Dan mereka berharap agar di sediakan lokasi yang bisa menampung para korban agar tidak terpisah tetapi berada dalam satu lokasi.
Peristiwa ini mendesak adanya evaluasi menyeluruh dan investigasi terhadap sistem penyaluran bantuan bencana agar lebih efektif, efisien, dan transparan, sehingga bantuan dapat segera sampai kepada mereka yang membutuhkannya tanpa diskriminasi.( Arnold)